Kamis, 30 Mei 2013

Anak Juga Bisa Beruban


Anak Juga Bisa Beruban

16 October 2012 11:50
Bila karena faktor genetik, akan menetap. Tapi jika lantaran kurang gizi, harus diperbaiki nutrisinya. Wajar, kalau usia sekitar 30-40 tahun mulai ada uban. Bisa karena stres, pengaruh bahan-bahan kimia ataupun lantaran memang usia. Tapi, jika si balita kita sudah ada uban, rasanya hampir tak bisa dipercaya.

Tentu saja, kalau kita bicara soal rambut, maka tak terbatas hanya rambut di kulit kepala. Pasalnya, terang Dr. Ari Muhandari Ardhie, SpKK, semua kulit di permukaan tubuh kita berambut, kecuali telapak tangan dan kaki serta sebagian kemaluan. Namun ketebalan rambut berbeda-beda sesuai lokasi dan komposisi isinya. Rambut di kulit kepala jelas lebih padat daripada di bagian kulit lain.

Seperti diketahui, kulit terdiri atas lapisan epidermis (kulit ari), lapisan dermis (kulit jangat), dan bagian hipodermis yang kaya jaringan lemak. Lapisan kulit paling luar atau kulit ari, terdiri berbagai lapisan sel dan yang paling bawah adalah sel basal. "Nah, rambut berasal dari lekukan kulit yang membentuk kantong-kantong kulit dan merupakan satu unit dengan kelenjar minyak membentuk unit pilo sebaseus, yang nantinya akan menghasilkan sebum atau lemak kulit."

Rambut mulai terbentuk saat janin, namanya lanugo. "Rambutnya halus-halus, pendek-pendek, dan tipis, serta warnanya cenderung terang." Begitu lahir, lanjut dokter kulit di RS Anak dan Bersalin Harapan Kita, Jakarta, ini, rambutnya berganti, dari lanugo menjadi velus, tapi masih halus dan tipis. "Warnanya pun terang." Di beberapa tempat, kepadatan velus jumlahnya sedikit lebih banyak, seperti di alis dan bulu mata.

Warna yang terang pada lanugo maupun velus, disebabkan komposisi pigmennya lebih sedikit. Namun dengan bertambah usia, rambut di area tertentu akan menjadi rambut terminal, yang helainya lebih tebal dan pigmennya lebih nyata. Selain itu, karena pertumbuhan rambut juga dipengaruhi hormon, antara lain hormon androgen, maka pada anak lelaki nantinya akan tumbuh kumis, jenggot, dan jambang, serta rambut-rambut di atas perut atau suprapubik.

PERUBAHAN WARNA

Jadi, pewarnaan rambut ditentukan oleh pigmen (zat pembentuk warna). Pigmen ini, jelas Ari, dihasilkan oleh sel melanosit (penghasil melanin, yaitu pigmen hitam/cokelat tua), yang berada di lapisan basal kulit. Sel pembentuk warna ini merupakan bagian dari sel-sel di permukaan kulit yang melekuk ke dalam dan membentuk lekukan folikel/kantong rambut. Jadi, dalam folikel rambut ada sel-sel yang membentuk warna rambut seperti halnya sel-sel yang membentuk warna kulit. "Dengan demikian bisa dibilang, perubahan atau gangguan warna rambut disebabkan pigmennya berubah atau berhenti."

Menurut Ari, masalah rambut sebetulnya tak terbatas hanya uban, masih banyak lainnya; dari gangguan pertumbuhan rambut, gangguan pada batang rambut, masalah kerontokan rambut, dan masalah kelainan warna rambut. Nah, uban merupakan salah satu masalah kelainan warna rambut. Ini berarti, perubahan warna rambut bermacam-macam. Ada yang disebut heterokromia, yakni adanya sekelompok warna rambut yang berbeda dari warna kelompok rambut lainnya. Heterokromia ada yang masih dalam batas normal, misal, sering dijumpai (pada orang tua) warna rambut di kumis, alis, ataupun jenggot yang sedikit berbeda dari warna rambut di kepala.

Akan tetapi, mungkin juga terjadi perbedaan warna rambut antara satu lokasi dari lainnya yang abnormal. Salah satu kemungkinan penyebabnya ialah ada gangguan persarafan kulit pada lokasi tertentu yang dikenal sebagai somatic mozaic. Pada kelainan ini akan dijumpai warna rambut yang berbeda/putih sejumput-sejumput di lokasi tertentu. "Saya kerap membayangkan, mungkin ini yang mengilhami trend mode rambut sekarang yang dikenal dengan istilah high light."

Lalu ada juga uban abnormal yang disebabkan ada kelainan genetik seperti albino. "Warna putihnya dapat total sampai seluruh rambut atau bulu di kulit." Ada juga yang bersifat parsial atau hanya terjadi uban pada sejumput kecil rambut di bagian depan kepala, yang dikenal sebagai kelainan white forelock.

Selain itu, ada juga kelainan yang dikenal sebagain poliosis. "Ini dapat dikarenakan kelainan, misal, vitiligo, yang karena suatu sebab, pigmennya berhenti dibentuk. Akibatnya, kulit akan berwarna belang-belang putih dan rambut di bagian kulit tersebut juga menjadi putih. Pernah pula dilaporkan kasus yang terjadi mendadak, seseorang mengalami kebotakan dan ketika rambutnya tumbuh ternyata berwarna putih."

TAK USAH DIAPA-APAKAN

Nah, menyoal uban atau istilah kedokterannya, canities, terang Ari, ada yang fisiologis/normal dan patologis/abnormal. "Uban yang normal dialami oleh orang yang usianya sekitar 30-40-an." Ini pun tergantung dari genetik dan rasnya juga. "Ada ras yang relatif cepat ubanan, ada juga yang tidak. Jadi, sifatnya individual." Dengan demikian, jika uban ditemui di bawah usia 30-40 atau usia anak, dikatakan uban dini atau premature graying atau praecox. Umumnya, rambut putih ini merupakan kelainan genetik, misal, albino. "Jadi, sudah ada sejak lahir; bisa total, bisa juga white forelock."

Selain karena genetik, perubahan warna rambut bisa juga hanya merupakan symptomatika atau gejala saja, misal, anak dengan warna rambut jagung. Penyebabnya, bisa karena kurang gizi, bisa juga lantaran pemakaian bahan-bahan kimia pengubah warna atau dyes/bleach. "Pada orang tertentu, zat-zat tersebut dapat merusak melanosit, hingga akhirnya warna rambutnya benar-benar putih."

Yang penting, menurut Ari, bila anak mengalami ubanan harus dicari penyebabnya. "Umumnya, dokter akan mencari kaitan dengan masalah endokrin atau hormonal, ataupun masalah metabolisme karena mungkin saja terkait dengan penyakit lain, seperti kelainan saraf. Hingga, biasanya dilakukan pemeriksaan bersama dokter anak." Bila dikarenakan faktor genetik, akan dicari tahu dulu genetiknya. Selain itu, dokter pun akan mencari faktor lain penyebabnya. Misal, adakah pemakaian bleaching atau ada penyakit sebelumnya hingga ketika anak sembuh lalu muncul uban tersebut.

Pada kasus albino (genetik), jelas Ari, sifat ubannya akan menetap, hingga tak bisa dicegah. Sarannya, "orang tua sebaiknya bisa menerima hal itu dan tak usah diapa-apakan. Yang penting, lindungi tubuh anak, khususnya mata, dari matahari karena iris matanya pun tak ada pigmen hingga tak terlindungi."

Begitu pula bila hanya sedikit uban sementara fisik anak bagus, "terima sajalah 'bunga jambu'nya. Mungkin itu hanya variasi warna atau masalah kosmetik atau sekadar appearance. Jadi, tak perlu diapa-apakan, semisal dengan mengecat rambut, karena dikhawatirkan dampaknya alergi akibat pajanan bahan kimia yang ada dalam pewarna rambut."

Sementara bila penyebabnya kurang gizi, bisa diperbaiki dengan pemberian nutrisi yang baik. Kalau tidak, lama-lama bukan cuma uban, tapi rambutnya juga tak tumbuh. Soalnya, kesuburan rambut juga memerlukan nutrisi yang bagus. "Pasokan makanan ini akan masuk melalui pembuluh darah, hingga fungsi sel-sel penghasil pigmennya juga bagus," jelas Ari.

Lain hal, bila anak mengalami uban dini disertai pula tanda-tanda fisik lain yang bersifat vital, seperti mukanya tua dan postur tubuhnya abnormal, "patut dicurigai ada penyakit lain yang tergolong dalam penuaan dini. Biasanya ini terkait dengan sindrom-sindrom tertentu, yang sifatnya langka," tutur Ari. Segera perikasakan ke dokter bila terjadi hal demikian.

Dedeh Kurniasih
Siklus Rambut

Pembentukan folikel rambut, terang Ari, dimulai saat kehamilan usia 9 minggu. Makin hari jumlahnya bertambah sesuai usia kehamilan. Begitu bayi lahir, secara fisiologis tak ada lagi pembentukkan folikel rambut. "Saat lahir, jumlah folikel rambut di kulit kepala sekitar 1135 per cm persegi. Di usia setahun, jumlahnya sekitar 795 per cm persegi. Pada dekade ke-3 atau sekitar usia 30-an, jumlahnya 600 per cm persegi." Jumlah yang makin sedikit ini, jelasnya, bukan lantaran rambutnya mulai mati, melainkan karena luas permukaannya lebih besar hingga terkesan jumlah folikelnya lebih sedikit.

Perlu diketahui, rambut berada dalam suatu siklus, yakni siklus tumbuh atau anagen, siklus istirahat, dan siklus berhenti, tapi tak semua rambut secara bersamaan berada pada siklus yang sama. Siklus tumbuh berlangsung sekitar 3-5 tahun. Di sini, rambut akan terus memanjang. Namun ada juga lokasi tertentu yang walaupun berada dalam siklus ini, panjang rambutnya memiliki batas maksimal. Yang jelas, sebagian besar rambut, yaitu 80-85 persen, berada dalam siklus tumbuh; sekitar 5-10 persen berada dalam siklus diam; dan sisanya adalah siklus berhenti dengan ciri rambut lepas atau rontok tapi tak terasa nyeri.

Bila dilihat secara mikroskopik normal, dalam siklus tumbuh, folikel rambut ada di jaringan lemak yang kaya dengan nutrisi dan pembuluh-pembuluh darah. "Makanya, rambut bisa tumbuh." Kalau rambut mengalami siklus istirahat, akan terangkat ke lapisan lebih atas, meninggalkan pembuluh darah dan lainnya. Folikelnya mulai membulat, hingga pada siklus berhenti atau telogen, rambut akan terangkat ke atas dan lepas atau rontok. Meski demikian, ada beberapa sel yang sifatnya akan menggantikan rambut lepas tadi, hingga sel tersebut nantinya akan tumbuh menjadi rambut baru lagi.

Merawat Rambut Si Kecil
Sebetulnya, enggak sulit, kok, merawat rambut anak. Ikuti tips berikut:

Saat Keramas
 
Gunakan air hangat untuk membasahi rambut, lalu beri sampo khusus untuk anak. Gosok lembut kulit kepalanya dengan menggunakan jari-jemari kita, lalu bilas dengan air bersih hingga tak ada sisa busa sampo sedikit pun. Setelah itu, keringkan dengan handuk tapi jangan terlalu keras menggosokkan handuk ke rambutnya yang masih basah. Berikutnya, sisir rambut si kecil dengan menggunakan sisir bergigi jarang agar rambut terurai dengan baik.

Saat Rambut Kering

Tiap kali menyisir rambut si kecil, jangan terlalu keras menariknya, tapi lakukan dengan lembut dan hati-hati. Bila si kecil berambut panjang dan ia suka sekali rambutnya diikat atau dikepang, pastikan mengikatnya tak terlalu kuat. Kalau tidak, bisa menyebabkan rambut patah atau bahkan menyebabkan infeksi kulit kepala.

Agar Rambut Bagus dan Bersinar

Ini yang terpenting, yaitu beri anak makanan bergizi seimbang dan beragam, karena nutrisi yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan maupun penampilan rambut.

Sumber : http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Kok-Kecil-Kecil-Ubanan-Sih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar